Sunday, May 13, 2007

Strategi Membangun Komunitas Maya (Internet)

Abstrak

Information warfare dapat di artikan banyak hal yang berkaitan dengan pertempuran di dunia informasi. Tulisan ini akan memfokuskan pada perang informasi yang sifatnya sangat “halus” tidak berupa pertempuran fisik di dunia maya, tidak juga berupa pertempuran militer di dunia informasi.
Beberapa hal yang diamati berkaitan dengan teknik & filosofy dasar penggunaan Internet untuk information & psychological warfare yang berkaitan dengan masyarakat umum. Jenis pertempuran yang di antisipasi terutama di arahkan kepada pengkondisian bidang sosial, budaya & ekonomi. Teknik persuasif di Internet, community building, network dynamic merupakan teknik-teknik psychoanalitic yang dapat digunakan untuk keperluan tersebut – tentunya untuk tujuan yang ingin dicapai, apakah itu baik, jahat, untuk kepentingan golongan tertentu atau masyarakat banyak.
Tipe pertempuran jenis information warfare untuk keperluan sipil (bukan militer) dapat dikategorikan dalam empat strategi utama, yaitu:
1. psychological warfare (PSYW)
2. hacker warfare
3. economic information warfare (EIW)
4. cyberwarfare.
Dua diantara-nya yaitu PSYW & EIW merupakan bagian yang “halus” dari information warfare untuk keperluan sipil. Tulisan ini akan mencoba memfokuskan pada dua bagian yang sangat “halus” tersebut - khususnya PSYW yang akan menjadi dasar dari economic information warfare juga.
Teknologi Informasi Sebagai Basis
Pada kesempatan ini akan dijelaskan secara garis besar teknologi informasi yang akan menjadi basis pertahanan dalam era informasi & globalisasi mendatang. Arsitektur sebuah National Information Infrastructure seperti yang dicanangkan oleh Wakil Presiden US Algore akan dibahas secara singkat. Gambar di samping ini, menunjukan garis besar arsitektur jaringan informasi global yang digunakan di banyak negara. Berbagai strategi dapat kemudian diturunkan berdasarkan fokus para arsitektur jaringan informasi di atas, yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
· Infrastruktur Telekomunikasi yang berkaitan dengan jasa telekomunikasi yang diberikan oleh banyak perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Saat ini sebaiknya kita mengandalkan perusahaan jasa telekomunikasi dalam mendeploy sebagian besar servis telekomunikasi yang ada di Indonesia.
· Technical Core / Expertise terkait pada berbagai kepakaran & inti dari teknologi informasi yang mendukung sebuah National Information Infrastructure NII. Kerjasama antar berbagai lembaga akan menjadi penting dalam membangun kepakaran & teknologi inti yang akan digunakan.
· Computer Network adalah penggunaan teknologi informasi dalam membentuk jaringan komputer yang sifatnya global. Kerjasama antara para ahli & operator jaringan Internet untuk mengoperasikan & mengembangkan teknologi yang dibutuhkan secara kolektif telah menjadi sebuah tradisi yang dipegang sejak lama. Adalah sebuah tantangan yang perlu dipenuhi secara serius di Indonesia untuk membentuk manusia-manusia yang mampu untuk mendukung operasi jaringan Internet di Indonesia.
· Aplikasi Teknologi Informasi adalah lapisan aplikasi NII yang berinteraksi langsung dengan pengguna. Ada banyak aplikasi yang mungkin digunakan di NII untuk kepentingan ketahanan nasional Indonesia akan tetapi kunci utama keberhasilan operasi ketahanan adalah kemampuan untuk memproduksi informasi secara aktif & interaktif. Perlu kita sadari bersama bahwa kemampuan seperti ini hanya ada pada keberadaan massa yang cukup besar dari:
· Regulatory Framework barangkali adalah komponen yang paling kompleks & paling rumit yang harus ditangani oleh sebuah National Information Infrastructure (NII). Akan banyak sekali regulasi & konsensus yang perlu di ubah untuk mengantisipasi globalisasi yang akan berjalan di masa mendatang. Regulasi / konsensus yang dikembangkan harus menimbulkan suasana yang kondusive yang memungkinkan segala lapisan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif & bertanggung jawab untuk turut serta dalam pola ketahanan rakyat semesta dalam dunia informasi.
Elemen Dasar Information Warfare
Untuk memudahkan saya bekerja maka saya kutip secara utuh pendapat Dr. Myron L. Cramer (myron.cramer@gtri.gatech.edu) dari Georgia Tech Research Institute dalam tulisannya ECONOMIC ESPIONAGE: An Information Warfare Perspective. Mudah-mudahan akan membawa manfaat.
Strategi Sumber Daya Manusia
Pada bagian ini akan kami coba ketengahkan beberapa alternatif strategi yang secara bertingkat akan dijelaskan secara garis besar. Adapun strategi ini akan terdiri dari:
· Strategi utama; pada dasarnya kita akan bertumpu pada SDM sebagai strategi utama yang perlu dipegang erat-erat.
· Strategi pemberdayaan bangsa Indonesia dalam era informasi.
· Strategi militer berbasis teknologi informasi.
Strategi dasar: SDM
Kemampuan SDM merupakan kunci keberhasilan dalam bertempur di era informasi. Jumlah massa orang-orang yang terdidik akan menjadi sangat strategis dalam menguasai medan yang ada. Ada beberapa tingkat sebelum seseorang dapat menjadi seorang warrior di medan laga informasi, tergantung pendidikan yang seseorang peroleh, pada langkah / tahapan yang akan dilalui, yaitu:

· Konsumen Informasi (hanya menerima informasi saja).
· Analisa Informasi (mulai mencerna informasi).
· Sintesa Informasi (mulai menyimpulkan data yang di cerna menjadi informasi yang baru).
· Produsen Informasi (mengeluarkan informasi hasil sintesanya).
· Produsen Pengetahuan (setelah mengaplikasikan informasi yang diperoleh menjadi pengalaman tertulis).
Pertempuran di era informasi khususnya perjuangan di medan sipil (yang sifatnya lebih kerakyatan) strategi yang paling sederhana & umumnya sangat handal dalam memenangkan berbagai pertempuran adalah:
· Kemampuan bahasa (terutama bahasa Inggris); lebih diharapkan kemampuan untuk berkomunukasi & berinteraksi dalam bahasa Inggris daripada pasif.
· Pengetahuan & tingkat pendidikan. Masa bangsa Indonesia yang berpendidikan tinggi ternyata masih kurang besar (hanya 1.2% dari dari jumlah tenaga kerja di Indonesia). Hanya orang berpendidikan yang akan mampu berjuang & berinteraksi secara mudah di dunia infrmasi.
· Birokrasi dalam melepas informasi, adalah lumrah di Indonesia jika seluruh informasi di kontrol secara ketat dari atas - dengan konsekuensi yang ditanggung, kesulitan dalam melepaskan informasi. Akibatnya sering sekali kita kalah langkah karena lawan sudah sejak lama melakukan upaya psychologis untuk mengubah haluan bangsa ini.
Strategi Pembentuk Masyarakat / Komunitas Maya
Pengembangan SDM seperti di atas saja sebetulnya masih kurang greget kalau saya pikir. Kalau ingin lebih tajam lagi ada baiknya melakukan hal-hal yang lebih halus lagi terutama dalam proses pembentukan masyarakat / komunitas maya di Internet.
Menurut pengamatan saya pribadi, tampaknya bagian yang akan paling seru dari semua proses adalah tahap pembentukan masyarakat / komunitas maya. Disini dibutuhkan tidak sekedar infrastruktur, regulasi, perangkat IT saja – tapi lebih banyak aspek sosial, budaya akan menjadi komponen yang akan sangat menentukan dari keseluruhan proses. Apakah pemimpin di hadapan saya bisa dipercaya? Kemana saya harus berkiblat di Internet? Salah satu ujung jawabannya ada di masalah trust / percaya bukan di alat / regulasi. Saya amat sangat menyarankan untuk membaca buku-buku masalah psychologi masyarakat, psychoanalisis, sosial untuk mengerti dengan lebih baik.
Salah satu buku yang saya pikir baik menjelaskan hal-hal ini adalah buku yang ditulis Pak Sarlito Wirawan Sarwono (dosen psychology UI) dalam bukunya “Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan”. Dimana proses pembentukan masyarakat, dinamika kelompok, kepemimpinan di soroti secara scientifik menjadikan proses menjadi lebih menarik. Memang Pak Sarlito tidak menjelaskan tentang masyarakat maya dalam bukunya, tapi tidak terlalu sulit bagi pengguna Internet untuk memvisualisasikan-nya dalam dunia maya – karena prinsip-nya sama, tidak berbeda terlalu jauh hanya mungkin pre-requisit-nya berbeda karena platform untuk berinteraksi masyarakat-nya berbeda.
Seperti dijelaskan dalam buku Pak Sarlito - salah satu aliran dalam psychology masyarakat ini adalah psychoanalitic yang dimotori Bion (1949, 1959, 1961) yang kemudian berkembang antara lain dalam mailing list para pengamat perilaku / dinamika kelompok di Internet seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan di NetDynam seperti Harriet W. Meek (hmeek@mcs.com), Fred Bauder (edbaud@slvbbs.com), Shannah Whitney (0006813923@MCIMAIL.COM), dan Robert M. Young (robert@rmy1.demon.co.uk). Untuk memudahkan saya kutip habis makalah / pemikiran terutama pemikiran Harriet W. Meek & Shannah Whitney yang saya lihat sangat baik dalam melihat dinamika masyarakat virtual di index di tulisan ini.
Secara umum dapat di simpulkan dari tulisan mereka bahwa seseorang yang memasuki masyarakat maya / virtual terutama mailing list (bukan Web) akan melalui tahapan:
1. Explorations
2. Oscilations
3. Safety and Comfort
4. Aggression
5. Boundaries and Leadership.
Sedangkan dalam proses jangka panjang dalam pembentukan masyarakat maya yang mungkin perlu diperhatikan adalah:
1. Methods of containment
2. Language as container.
3. Repetition and mastery.
4. Authenticity and recognition.
5. Management of boundaries.
REFERENCES:
1.Davidow, William H. & Malone, Michael S. (1993) The Virtual Corporation. NY: Harper Collins Pubs.

No comments: