Monday, April 16, 2007

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

Intisari
    Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring dengan semakin mudah dan murahnya penggunaan teknologi tersebut. Pada tulisan ini, akan dibahas salah satu teknik pembuatan animasi yaitu teknik feature morphing. Pada feature morphing ada dua tahap pemrosesan, yaitu proses mengubah bentuk gambar asal menjadi gambar tujuan (warping), dilanjutkan dengan proses mengubah warna gambar (cross dissolve). Penggunaan garis-garis feature membuat animasi yang dihasilkan dengan terlihat lebih alami.
1.  Pendahuluan
     Efek morphing adalah efek perubahan secara perlahan-lahan suatu objek menjadi objek lain. Dua tahap proses yang umumnya terjadi di balik morphing adalah warping dan cross dissolve. Warping merupakan langkah pertama dari proses morphing. Prinsip kerja warping adalah membentangkan (stretch) dan menyusutkan (squeeze) sebuah gambar, yang disebut gambar asal, sehingga hasilnya sama dengan gambar tujuan. Cross dissolve adalah langkah berikutnya setelah proses warping. Prinsip kerjanya adalah memadukan warna gambar asal dengan warna gambar tujuan.
2.   Tweening
      Sebelum membahas lebih lanjut tentang teknik feature morphing, akan dibahas terlebih dahulu salah satu konsep dalam dunia animasi, yaitu tweening.
2.1  Pengertian Tweening
       Nama lain untuk tweening adalah interpolasi. Melakukan interpolasi berarti menyisipkan di antara (between) dua bagian yang berbeda atau memperkirakan nilai dari suatu fungsi antara dua nilai yang telah diketahui [1]. Pada komputer grafik, interpolasi digunakan untuk menggabungkan beberapa efek yang ingin dilakukan pada suatu obyek
3.    Teknik Feature Morphing
       Animasi yang dibuat dengan teknik feature morphing menerima masukan berupa dua buah gambar. Gambar pertama disebut sebagai gambar asal, gambar kedua disebut sebagai gambar tujuan. Proses warping pada teknik feature morphing menggunakan garis feature sebagai alat bantu pemrosesan. Kegunaan garis feature adalah untuk menunjukkan sebuah feature (bagian-bagian gambar yang membentuk obyek [2]) yang sama antara daerah di gambar asal dengan daerah di gambar tujuan. Adanya garis feature membuat komputer mengetahui hubungan antara dua objek yang sama pada gambar asal dan gambar tujuan. Sebuah
garis feature di gambar asal memiliki pasangannya di gambar tujuan. Koordinat titik ujung awal garis feature pada gambar asal berpasangan dengan koordinat titik ujung awal garis feature pada gambar
3.1   Proses Warping
        Sebuah gambar terdiri atas kumpulan titik. Dengan diketahui sebuah titik dan garis feature, akan dicari posisi baru titik tersebut jika garis feature-nya berubah. Proses berlaku untuk seluruh titik dalam gambar. Dengan memakai vektor untuk proses ini, setiap titik dipengaruhi oleh garis feature dengan aturan sebagai berikut :
1. Cari d, yaitu jarak antara sebuah titik dengan garis feature dengan cara membuat sebuah garis tegak lurus di antara titik tersebut dengan garis feature tadi. (lihat Gambar 3.2).
2. Cari f, yaitu jarak antara titik ujung garis feature sampai ke garis yang tegak lurus terhadap garis feature.
3. Pindahkan titik P ke tempat dengan jarak d dan f tetap dari garis feature pada gambar tujuan
3.2    Proses Cross Dissolve
        Untuk memadukan dua buah warna,perlu dihitung rata-rata bobot dari masingmasing warna primernya
4.    Pengujian
4.1 Pengujian proses warping
      Pada proses warping, setiap titik dapat mengalami proses rotasi, translasi, dilasi dan lain sebagainya. Akibatnya, muncul beberapa kondisi diantaranya :
1. Ada titik-titik yang hilang karena berada di luar ukuran gambar asal atau gambar tujuan.
2. Terjadi titik-titik yang akibat proses warping memiliki posisi baru yang sama.
3. Gambar yang dihasilkan tidak penuh, ada posisi yang kosong di pada gambar.
Untuk mengatasinya dipakai proses invers. Pada warping biasa, pengulangan proses dilakukan pada gambar yang akan di warp sehingga seolah-olah titik-titik pada gambar
4.2 Pengujian proses cross-disolve
      Algoritma morphing yang pertama kali dikembangkan adalah algoritma crossdisolve. Hasil pengujian proses cross-disolve saja dapat dilihat pada gambar 4.3. (pada lampiran) . Animasi terlihat kurang alami dan terlihat adanya empat buah mata pada gambar transisi
4.3  Pengujian proses feature morphing.
Pengujian proses feature morphing menunjukkan hasil yang baik dan lebih alami. Pada gambar 4.4 (pada lampiran),terlihat bentuk dan posisi feature-feature
yang terdapat pada gambar asal (gambar kiri atas) secara perlahan berubah ke bentuk dan posisinya di gambar tujuan (gambar kanan bawah). Semakin banyak frame gambar yang dibuat juga membuat animasi yang dihasilkan semakin halus.

Referensi :
1.   home.unpar.ac.id/~integral/Volume%209/Integral%209%20No.%201/Morphing%20Dua%20Dimensi.pdf


No comments: